Pengalaman Traveling ke Singapura dari Batam (Bagian 1)


Salam!

Setelah 2 tahun pandemi, akhirnya saya berkunjung lagi ke negara Singapura. Namun sedikit berbeda dari biasanya, saya mencoba untuk melalui jalur laut dari Batam. Berkunjung ke Batam merupakan hal pertama bagi saya dan tentunya akan menjadi pengalaman tersendiri karena dengan biaya “seperti itu” , saya berhasil mengunjungi 1 kota dan 1 negara. 

Berbagai macam referensi di youtube saya cari dalam waktu yang mendadak sekitar H-7 karena pada awalnya memang sudah booking tiket pesawat langsung menuju Singapura dari Bandara Soekarno Hatta dengan harga yang “wow!”. Tiket tersebut saya batalkan dan pastinya akan rugi sedikit untuk biaya lain-lainnya namun tetap ada sisa yang cukup banyak jika dihitung-hitung melalui Batam. Pencarian diawali dari, “Batam itu kota yang seperti apa?” “Batam sudah ramah ojol (ojek online) belum ya, baik di bandara ataupun tempat umum lainnya?” “Harus ke pelabuhan apa yang terdekat dari bandara?” “Berapa harga tiket kapal ferry?” “Bagaimana cara memesan tiket kapal ferry?” “Tempat apa yang sedang hits di Batam?”. Wah, tentunya akan banyak pertanyaan yang muncul namun mengingat waktunya yang tidak terlalu lama, jadi saya padatkan saja.

Saya mendapat info kalau membeli tiket ferry langsung untuk pulang pergi (pp) sekitar 700ribuan. Namun, saya berpikir untuk mengantisipasi jika jadwal kapal yang diinginkan akan penuh atau lain halnya, akhirnya saya memutuskan untuk membeli tiket secara online melalui aplikasi travel online “A” dengan harga sekali jalan sekitar 500ribuan dan itu berarti saya mengeluarkan biaya sekitar 1jutaan untuk tiket pp. Untungnya kode voucher disediakan pada aplikasi tersebut sehingga bisa mengurangi harga total dengan cukup besar. Saya memilih pelabuhan Batam Center untuk dari Batam secara pp, namun dari Pelabuhan Singapura saya memilih Pelabuhan Tanah Merah dan HarbourFront untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda.

Sesampainya di Batam saat malam hari, saya harus berjalan lebih kurang 10 menit (ukuran jalan santai saya) ternyata tidak sejauh apa yang saya dengar di youtube untuk menuju keluar Bandara berhubung saya ingin mencoba naik taksi online. Tapi ini tidak disarankan jika bawa barang yang berat ya… hehehe… Ternyata, saat sampai perempatan lampu merah, ada ojek motor yang menawari saya untuk naik dengan tarif yang ditentukan (sampai ditungguin dan berbicara terus-terusan), selain itu ada juga taksi konvensional yang berhenti untuk menawari dengan harga yang sama pada aplikasi dan memaksa untuk dibatalkan dengan berbagai macam alasannya. Ternyata kondisi ini sama persis saat di Jakarta dengan kondisi ojek/taksi konvensional dengan online. Jika menawarkan hal yang sama seperti itu, maka ketika penumpang turun, ada kemungkinan akan dikenakan biaya tambahan langsung dari sopir dengan berbagai macam alasan yang pada akhirnya secara tidak langsung akan memaksa penumpang untuk membayarnya. Tapi menurut pendapat saya, cara mereka masih tidak semengerikan di Jakarta saat dahulu. Meskipun sama-sama tidak baik ya… hehehe… 

First impression kota Batam bagi saya itu, wah banget! Suasana di sana terasa seperti di Malaysia dengan kondisi jalan yang lebar. Sangat berbeda dengan kondisi jalanan di Jakarta. Kalau untuk suhu, menurut saya tidak jauh berbeda dengan Jakarta dan sekitarnya. Seandainya punya waktu luang, tentu saya akan mencoba untuk mengeksplorasi kota Batam. Saat melakukan check in di hotel yang dituju, para tamu hotel terdengar berbahasa melayu, india, dan ada turis asing lainnya. Wah, benar-benar terasa seperti di negara tetangga. Pelayanan yang diberikan juga sangat baik. 




Keesokan harinya, saya menuju Pelabuhan Ferry Batam Center dan nampak “wah” dengan kondisinya karena kali pertama memasuki pelabuhan ferry seperti ini. Petunjuk yang diberikan juga jelas sehingga para penumpang akan terbantu. Saya melakukan penukaran e-ticket ke tiket fisik yang bisa dicetak untuk tiket pulang pergi. Saya keliling untuk melihat sekitar dan ada beberapa restoran yang tersedia dengan harga yang menurut saya lebih mahal daripada di luar. Saya menunggu jadwal untuk boarding karena tiketnya tidak bisa discan jika belum waktunya. Setelah scan tiket, saya melakukan proses imigrasi dengan antrian mengular namun prosesnya cukup cepat daripada di bandara. Proses pengecekan scan barang-barang pun cukup cepat. Setelah itu, menunggu untuk waktu keberangkatan di ruang tunggu. Saat jamnya tiba, petugas akan memanggil tujuan kapal yang akan diberangkatkan. Saat masuk, tiket dibutuhkan lagi untuk scan barcode lalu saat sampai di dermaga yang diarahkan, tiket diserahkan kepada petugas yang berjaga di depan pintu masuk kapal. Jujur saya sangat terkagum dengan fasilitas kapal yang saya naiki karena terawat dan dilengkapi dengan colokan listrik yang sangat dibutuhkan saat ini. Selama diperjalananan hanya ada beberapa ombak saja yang cukup tinggi namun tetap berjalan dengan baik dan pemandangannya memang benar-benar nampak ikon negara Singapura dari kejauhan. Dari Batam Center menuju HarbourFront lebih kurang satu jam. Sesamoainya di sana, langsung melakukan proses imigrasi saat keluar. Proses berlangsung dengan cepat dan sudah tidak memerlukan cek apapun lagi asalkan sudah melakukan vaksin covid-19 ketiga atau dosis lengkap. Setelah melewati imigrasi, langsung disambut oleh suasana mall. 

Cerita akan dilanjutkan pada bagian berikutnya… 

Comments