Bimbingan Konseling


A.   Latar Belakang Pentingnya Bimbingan Konseling (BK) di Sekolah
Penyelenggaraan bimbingan di sekolah dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.-    Faktor perkembangan pendidikan
a.    Demokratisasi pendidikan
Demokratisasi pendidikan mengandung pengertian “pemberian kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau badan-badan swasta”. Kondisi lingkungan yang heterogen akan menimbulkan permasalahan dalam penyesuaian diri peserta didik. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan kelompok mayoritas dan minoritas pada sekelompok peserta didik. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik dalam penyesuaian diri dengan lingkungan tersebut.
b.    Perubahan system pendidikan
Peserta didik banyak yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan dan perubahan system pendidikan sehingga diantara mereka ada yang prestasi belajarnya rendah, mengalami kesukaran dalam belajar, dan lain sebagainya. Padahal siswa dituntut untuk menyesuaikan diri dalam suatu proses pendidikan yang dinamis. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan konseling dibutuhkan karena tidak mungkin diselesaikan oleh tenaga pendidik karena waktu mereka lebih banyak dalam kegiatan pembelajaran.
c.    Perluasan program pendidikan
Adapun perluasan program pendidikan sebagai dampak dari penerapan demokrasi pendidikan dan perkembangan teknologi, maka program pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dinamis. Perluasan program pendidikan ke dimensi mendalam ini berhubungan secara langsung kemampuan, sikap dan minat peserta didik terhadap bidang studi tertentu, sehingga timbul spesialisasi dalam kehidupan dan dalam bidang keilmuan.
2.    -Faktor sosio-kultural
Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan dalammasyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dsb. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu misalnya, pengangguran, syarat-syarat pekerjaan, penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan, perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah hubungan sosial, masalahkeluarga, keuangan, masalah pribadi, dll. Rochman Natawidjaja (1988:11) menyatakan sebagai berikut.
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting, yaitu (a) penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat yang tidak memerlukan banyak manusia yang sedikit banyaknya menimbulkan pengangguran; dan (b) bertambahnya jenis pekerjaan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus bagi orang yang hendak menjabatnya.










Walaupun pada umumnya masing-masing individu berhasil mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih perlu mendapatkan bantuan.
3.    -Faktor psikologis
Peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang menuju masa kedewasaan. Proses perkembangan itu dipengaruhi oleh berbagai factor baik dari dalam maupun luar. Dari dalam dipengaruhi oleeh factor pembawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh factor lingkungan. Untuk mencapai perkembangan yang baik dan optimal, harus ada arahan dan asuhan yang terarah.
 Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang manajemen dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bimbingan dan konseling, tergambar seperti gambar berikut.


Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP) dalam Jalur Pendidikan Formal




B.   Pengertian Bimbingan dan Konseling
Untuk memperoleh pengertian  yang jelas tentang “bimbingan”, berikut dikutipkan pengertian bimbingan (guidance) menurut beberapa sumber. Year Book of Education  (1955) menyatakan bahwa:  guidance is a process of helping individual through their own ffort to discover d develop their potentialisties both for personal happiness and social usefulness. Definisi yang diungkapkan oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di sekolah.
      Definisi tersebut menjelaskan bahwa:
“Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
Dari definisi-definisi di atas, dapatlah ditarik kesimpulan tentang apa sebenarnya bimbingan itu, sebagai berikut.
a.    Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu’’ berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu kearah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi dalam hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut menentukan  pilihan atau keputusan dari orang yang dibimbingnya. Yang menentukan pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri.
b.    Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang, namun prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar harus dibantu. Pada hakekatnya bantuan itu adakah untuk semua orang.
c.    Bimbingan merupakan suatu proses kontinyu, artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu saja dan secara kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus menerus, sistematika, terencana dan terarah pada tujuan.
d.    Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya seamaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima keadaan dirinya dan dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.
e.    Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri secara harmonis dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

C.   Tujan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya di masa yang akan dating; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian denga lingkungan pendidikan, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah  agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut.
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin. Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap dan penerimaan (accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action) melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

D.   Fungsi Bimbingan Konseling
Kegiatan atau manfaat yang diperoleh dari suatu layanan merupakan hasil dari terlaksananya fungsi layanan tersebut. fungsi bimbingan konseling dapat diuraikan sebagai berikut.
  • 1.    Fungsi pemahaman. Konseling membantu peserta didik agar memiliki pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya.
  • 2.    Fungsi fasilitasi. Memberikan kemudahan peserta didik dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri peserta didik.
  • 3.    Fungsi penyesuaian. Membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
  • 4.    Fungsi penyaluran. Membantu peserta didik memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
  • 5.    Fungsi adaptasi. Membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, staff, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan peserta didik.

  • 6.    Fungsi pencegahan. Konselor memberikan bimbingan peserta didik tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
  • 7.    Fungsi perbaikan. Membantu peserta didik memperbaiki kekeliruan dalam berfikir berperasaan dan bertindak.
  • 8.    Fungsi penyembuhan. Memberi bantuan kepada peserta didik yang mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar, maupun karier.
  • 9.    Fungsi pemeliharaan. Membantu peserta didik supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
  • 10. Fungsi pengembangan. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik.


E.   Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling
  • 1.    Bimbingan diperuntukkan untuk semua individu (guidance is for all individuals). Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
  • 2.    Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut.
  • 3.    Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi negative terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Padahal bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, member dorongan, dan peluang untuk berkembang.
  • 4.    Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau  tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan.
  • 5.    Pengambilan keputusan merupakan hal yang essensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.
  • 6.    Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industry, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi pribadi, social, aspek pendidikan, dan pekerjaan.


F.   Asas Bimbingan dan Konseling
  • 1.    Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.
  • 2.    Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya.
  • 3.    Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-berpura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
  • 4.    Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan kegiatan/ pelayanan bimbingan.
  • 5.    Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaranbimbingan dan konseling diharapkan menjadi peserta didik yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.
  • 6.    Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam kondisi sekarang.
  • 7.    Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang secara berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
  • 8.    Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing atau pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
  • 9.    Asas keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hokum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
  • 10. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
  • 11. Asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu pada pihak yang lebih ahli.
  • 12. Tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju.


G.    Kekeliruan dalam Menafsirkan Arti Bimbingan
  • 1.    Bimbingan identik dengan pendidikan. Pengertian ini keliru, karena bimbingan hanya merupakan salah satu bagian terpadu dari pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal, sesuai dengan apa yang diinginkan.
  • 2.    Bimbingan hanya untuk siswa-siswi yang salah suai (maladjusted). Pengertian ini juga keliru, karena bimbingan di sekolah diperuntukkan bagi semua murid secara menyeluruh dan merata.
  • 3.    Bimbingan berarti bimbingan jabatan/pekerjaan. Bimbingan tidak hanya ditujukan untuk membantu murid dalam menentukan atau memilih jabatan/pekerjaan.
  • 4.    Bimbingan diperuntukkan bagi murid sekolah lanjutan. Banyaknya masalah yang timbul dalam masa remaja menyebabkan kekeliruan semacam ini. Memang benar bahwa sekolah lanjutan dihuni oleh murid-murid yang berada dalam masa remaja. Akan tetapi, tidak benar bahwa bimbingan hanya diperuntukkan bagi murid sekolah lanjutan saja. Bimbingan diperuntukkan bagi anak-anak, emaja, dan segala perkembangan, karena masalah itu akan terasa dalam masa perkembangan manapun juga.
  • 5.    Bimbingan adalah usaha untuk memberikan nasihat. Bimbingan bukan berarti member nasihat pada seseorang. Dalam memberikan nasihat, kecuali peranan penasihat sangat menonjol dan dominan, bagaimana pun ada suatu unsure “pemaksaan” bagaimana pun kecilnya unsure tersebut. bimbingan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada individu untuk mencapai pemahaman diri, dan tidak terdapat unsure paksaan bagi individu yang bersangkutan.
  • 6.    Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam tingkah laku. Yang dikehendaki sebagai hasil bimbingan bukanlah kepatuhan, melainkan penyesuaian diri.
  • 7.    Bimbingan adalah tugas para ahli. Dalam penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan khusus, yang membutuhkan keahlian tertentu, seklah memerluka para ahli di bidangnya masing-masing. Akan tetapi, tidak semua tugas bimbingan harus dilaksanakan oleh ahli. Dalam hal tertentu, kadang-kadang peranan guru lebih menonjol dibandingkan dngan para ahli, terutama dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar, di mana guru sangat dekat dengan murid.










Comments