Firasat yang Tersirat dalam Kebahagiaan

Ramadhan datang... alam pun riang... menyambut bulan yang berkah...  (sing) 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinantikan oleh semua umat muslim di dunia yang mana selama satu bulan penuh kita berpuasa dan berlomba-lomba dalam mencari kebaikan. Tapi entah kenapa ketika memasuki bulan  Ramadhan, orang-orang malah ingin cepat selesai ketika sudah memasuki pertengahan berpuasa?  (tanya kenapa?) Mungkin mereka sudah tidak sabar untuk menyambut hari kemenangan yang penuh suka cita dan bertumpahan rasa saling memaafkan.   (oke ini cuma selingan aja ko.. hehee..)

Lebaran seharusnya menjadi moment yang paling bahagia karena hanya pada saat inilah kita semua dapat berkunjung ke tempat sanaksaudara yang memang hanya setahun sekali bisa berkunjung karena kesibukan masing-masing dan ini bisa mempererat tali silaturahmi, juga ajang saling bermaafan. Memang ini juga dirasakan oleh saya dan juga keluarga pada hari pertama dan kedua, tapi tidak pada hari ketiga. Kejadian ini terjadi beberapa tahun lalu dimana si jago merah juga hadir hampir dekat dari arah bersebrangan rumah saya dan terlihat sangat berbahagia sekali si jago merah itu. Dia bahagia karena berhasil melalap habis puluhan rumah saat itu hampir semua orang sedang pulang kampung atau pergi ke rumah sanak saudara mereka. Saya juga sedang pulang kampung saat itu, tapi...

==============

Awal cerita, ketika sudah memasuki pertengahan bulan puasa, setelah saya pulang tarawih entah kenapa saya merasa kantuk yang teramat sangat beda dari biasanya dan saya pun masuk kamar. Tak lama setelah saya tertidur tiba-tiba terdengar suara berisik(entah itu suara angin dari genting atau apalah) dari arah luar jendela (kamar saya yang memang dekat dengan jendela dan diluarnya terdapat tempat untuk menjemur). Saya pun terbangun dan melirik ke arah jendela (dengan ventilasi atas terbuka dan terdapat sajadah yang diletakkan seperti gantungan untuk menutup kaca di bawahnya) dan sajadah itu tertiup angin. Percaya ga sih? kalau saya melihat pakaian putih seperti tertiup angin. Saya pikir itu cuma jemuran saja dan langsung tidur lagi karena memang masih setengah sadar. Besok paginya, saya cek ke tempat jemuran dan ternyata tidak ada pakaian putih yang sedang dijemur. Sampai disini membuat saya..cukup takut ya..dan merinding...tapi hal ini tidak saya ceritakan sama keluarga saya dan saya pikir itu cuma mimpi.

=======Lebaran Tiba=======

Hari pertama lebaran, setelah sholat Ied saya dan keluarga biasanya maaf-maafan ke tetangga. Siangnya kami berkumpul ke tempat saudara. Seperti khalayak umum, saya juga menantikan keadaan ini dimana pendapatan saya akan meningkat dalam beberapa hari . Makanan khas lebaran pun tersedia dan seolah-olah memanggil saya untuk menghabisinya. Berat badan pun naik. Hari kedua, kami tidak pergi jauh-jauh, paling hanya ke tempat orang-orang yang kenal dekat dan belum sempat terkunjung saat hari pertama. Hari ketiga, kami pulang kampung ke tempat bapak saya karena memang jaraknya tidak terlalu jauh (tidak jauh dari Balaraja) dan biasanya malam hari sudah sampai di rumah lagi. Kami berangkat pagi-pagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Berbagai macam makanan siap dibawa. Saya dan bapak saya pergi naik motor, sedangkan ibu dan kakak saya naik angkutan umum. Sesampainya di kampung bapak saya, kami tidak langsung ke rumah kakek/nenek tapi mampir dulu ke tukang mie ayam karena memang ini mie ayam terenak selama gue pernah mencicipi mie ayam di beberapa tempat (kalau ada tempat yang menurut kamu enak, mungkin bisa kasih tau saya,,hehee). Nah..ketika mendekati dzuhur kami baru sampai di rumah kakek/nenek. Disana niatnya mau istirahat, tapi malah menclak-menclok*(bisa cari di google kalau ga mengerti). Senyum bertebaran dimana-mana dan kata maaf terdengar sorak-sorai... wah bisa damai ini dunia kalau semua orang dan setiap hari kaya begini (pikir saya) 

Setelah itu kami istirahat dan menonton tv sambil nyemil makanan yang ada dan kami akan kembali ke rumah setelah sholat ashar seperti biasanya. Tepat pukul 14:00 WIB saya dan ibu saya juga sedang duduk-duduk sambil menonton tv, tiba-tiba ibu saya mencium aroma kabel terbakar padahal saya ga mencium bau apapun.   Tak lama kemudian ibu saya kembali mencium bau terbakar itu lebih menyengat tapi saya kembali ga mencium bau yang aneh. Beberapa menit kemudian, entah kenapa ibu saya menyuruh buru-buru pulang ke rumah. Oke, kami pun berpamitan dan kembali ke rumah pukul 14:30 WIB (lebih cepat dari biasanya). Kali ini bergantian, saya pulang sama ibu saya naik angkutan umum dan kakak saya sama bapak saya naik motor. Perjalanan pulang dilakukan. Sesampainya di tengah tol dalam perjalanan, ibu saya mencium bau kebakar dan kembali pula saya ga mencium bau itu. Saya sempat berfikir ada yang aneh, tapi ya sudahlah.

Sekiranya 10-15 menit lagi saya sampai di rumah, kami melihat ada kobaran api yang membara dan angkutan umum yang kami naiki tidak bisa lanjut jalan lagi karena macet, terhalang oleh mobil pemadam kebakaran. Oke, kami mulai panik dan bertambah panik ketika mendengar kalau lokasi kebakarannya itu dekat dengan rumah kami. Kami pun langsung turun dan jalan dengan tergopoh-gopoh. Melihat lokasi kebakaran yang ada di sebrang rumah (karena memang rumah kami di batasi oleh rel kereta) agak lega tapi tetap waspada. Ketika sampai di rumah, ternyata tetangga saya yang tidak kemana-mana sudah bersiap-siap membawa barang berharga keluar rumah dan kami pun melakukan hal yang sama. Saat saya kembali melirik ke arah api, saya seperti deja vu dan mengingat kejadian di pertengahan puasa itu yang mana posisi saat itu tepat menggambarkan tempat kebakaran dan saya mulai berpikir. Oh ternyata maksud dari saya melihat kain putih di malam hari dan saya ketakutan, ternyata takut akan hal ini. Dan ternyata ibu saya memiliki firasat mencium bau kebakar yang benar untuk waspada saat diselimuti rasa bahagia.

Yah...itulah sebuah firasat yang tak bisa diduga oleh siapapun. Bisa jadi itu adalah sebuah pertanda atau mungkin bisa jadi suatu rasa khawatir yang berlebihan. 


Sekian

Comments