BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi
Istilah
komunikasi berasal dari kata Latin Communicare
atau Communis yang berarti sama
atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang
lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain
tersebut menjadi miliknya. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat
bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Menurut
Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas
interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan
sejumlah fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah
interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri, 2009).
Komunikasi
adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang, simbol
bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses
komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan
maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses
komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol tertentu disebut komunikasi non
verbal (Setiawati, 2008).
Berdasarkan
pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan pengertian komunikasi adalah proses
interaksi yang melibatkan suatu rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang,
simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain
baik dalam bentuk verbal ataupun non verbal.
B.
Proses
Komunikasi Manusia
Proses
komunikasi pada manusia terjadi dalam perspektif psikologis dan mekanistis.
Perspektif psikologis yang dimaksud adalah sebelum manusia melakukan komunikasi
dengan dirinya sendiri ataupun dengan orang lain, manusia memproses objek yang
ditankapnya dengan panca indera di dalam alam pikiran nya terlebih dahulu
dengan mengandalkan alat kerja rohani. Alat kerja rohani seperti akal, pikiran,
budi serta naluri, salah satu naluri itu adalah naluri berkomunikasi (istilah
ini sering disebut sebagai picture in our
head).
Sedangkan,
perspektif mekanistis yaitu setelah objek ditangkap dengan panca indera lalu
diproses di dalam alam pikiran manusia,
barulah ketika naluri komunikasi itu bekerja, seseorang dapat mengutarakan
pesan pada dirinya atau bahkan pada orang lain dengan cara melalui proses
mekanistis. Ketika sampai pada tahap mekanistis, manusia mulai mengandalkan
beberapa alat bantu untuk berkomunikasi, hal ini sering disebut sebagai proses
primer, sekunder, linier dan sirkuler.
Ø Proses mekanistis primer, yaitu manusia membutuhkan
alat bantu utama seperti bahasa.
Ø Proses
mekanistis sekunder, yaitu manusia membutuhkan alat bantu kedua seperti media
komunikasi, misalnya telepon, telepon selular, pameran, pidato, media massa,
dan lain-lain.
Ø Proses
mekanistis linier, setelah membutuhkan beberapa alat bantu, selanjutnya ketika
komunikasi itu berlangsung terkadang dapat berjalan satu arah, artinya tidak
terjadi umpan balik dari orang yang diajak berkomunikasi.
Ø Proses
mekanistis sirkuler berarti komunikasi dapat berlangsung dua arah, karena umpan
balik dapat diterima secara langsung diantara orang – orang yang berkomunikasi.
C.
Proses
Komunikasi Hewan
Komunikasi
tidak hanya terjadi pada manusia, melainkan juga terjadi pada hewan. Hanya saja
komunikasi hewan sangat sederhana, ditandai dengan tindakan– tindakan bersifat
refleks. Hewan berkomunikasi dengan mengandalkan insting, serta bahasa isyarat
seperti menggonggong, menggeram, menyerang dan lain-lain. Komunikasi hewan
cenderung dilandasi penggunaan tanda alamiah. Semakin tinggi intelegensi pada
hewan semakin rendah naluri nya. Yang membedakan komunikasi antara manusia
dengan hewan adalah makna. Komunikasi manusia sarat dengan makna, komunikasi
hewan tidak.
D.
Peran
Komunikasi dalam Kehidupan Manusia
Komunikasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan tersebut
dapat dilihat dari berbagai perspektif berikut ini:
- 1. Dalam Kehidupan Sosial dan Budaya
Sebenarnya kita harus
memperhatikan secara khusus bahwa orang berbeda budaya akan berkomunikasi
secara berbeda pula. Hal ini untuk menjaga agar interaksi yang terjalin tidak
terhambat. Namun kenyataannya banyak manusia yang mengalami hambatan ketika
mereka berkomunikasi antarbudaya.
Satu kesulitan adalah
kecenderungan kita untuk melihat orang lain dan perilaku mereka melalui
kacamata kultur kita sendiri, hal ini disebabkan karena etnosentrisme.
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan, dan
perilaku dalam kultur sendiri sebagai lebih baik, lebih logis dan lebih wajar ketimbang
dalam kultur lain. Kita perlu menyadari bahwa kita dan orang lain berbeda
tetapi setara, tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi (DeVito, 1991).
Misalnya, konflik yang terjadi antara etnis Dayak dan Madura di Kalimantan
Barat. Masing-masing etnis menganggap bahwa etnisnya lah yang paling baik
sementara etnis lain dianggap jelek atau buruk (etnosentrisme). Hal ini yang
menyebabkan konflik tersebut berkepanjangan dan sulit diselesaikan. Kesulitan
lainnya adalah apabila ia menganggap semua orang sama dengan anggota
kelompok/etnisnya, hal ini biasa disebut stereotype.
Sebenarnya manusia
adalah makhluk yang unik, dengan kata lain, manusia memiliki karakteristiknya
sendiri-sendiri. Maka, tidak semua perilaku komunikasi baik secara verbal
maupun nonverbal mempunyai makna yang sama dalam semua budaya. Dalam
berkomunikasi antarpribadi, orang haruslah memperhatikan budaya yang dimiliki
individu tersebut.
Jadi, Setiap orang
yang berkomunikasi antar budaya setidaknya bersikap terbuka terhadap perbedaan
nilai, kepercayaan dan sikap; Menempatkan diri pada posisi lawan bicara yang
berasal dari budaya yang berbeda; bersikap spontan dan deskriptif;
mengkomunikasikan sikap positif; menganggap berkomunikasi adalah kesetaraan,
tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi serta tidak sombong.
- 2. Dalam Kehidupan Berpolitik
Dunia politik
dibutuhkan juga komunikasi yang efektif dalam berpolitik Karena kegiatan
politik harus dilandasi oleh kegiatan komunikasi untuk menyalurkan ide,
gagasan, dan perjuang dalam bidang-bidang penting dalam negara. Apabila seorang
politisi tidak membicarakan tentang ide, gagasan, dan perjuangan bidang-bidang
penting dalam negara, melainkan membicarakan tentang gaya hidupnya seperti yang
dilakukan oleh beberapa politisi dari kalangan selebriti, artinya ia sedang
tidak berperan sebagai politisi.
Fungsi komunikasi
politik dapat dibedakan kepada dua bagian. Pertama, fungsi komunikasi politik
yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik) atau disebut pula
dengan istilah the governmental political
sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk
mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang
lebih luas.
Kedua, fungsi yang
berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula
dengan istilah the socio political sphere,
yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua
fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara kelompok
asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap
pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut.
Apabila dilihat
secara umum, maka fungsi komuniksi politik pada hakekatnya sebagai jembatan
penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi
dalam ruang lingkup negara. Komuniksi ini bersifat timbal balik atau dalam
pengertian lain saling merespons sehingga mencapai saling pengertian dan
diorientasikan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
Sebagai contoh yaitu
pemerintah pusat, ataupun daerah membuat web sebagai media interaktif dengan
rakyat (website walikota DKI Jakarta, walikota Tangerang, berbagai Kementrian
menerapkan hal ini). Lalu, kampanye pemilihan umum atau pilkada, untuk
menyosialisasikan visi misi pemimpin pemerintahan.
- 3. Dalam Kehidupan Berkeluarga
Masalah komunikasi di
keluarga, tak lepas dari peran orang tua yang sangat dominan. Kualitas
komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orang tua berkomunikasi
kepadanya. Komunikasi akan sukses apabila orang tua memiliki kredibilitas di
mata anaknya. Begitu pula komunikasi suami istri akan lebih efektif bila
keduanya telah saling percaya.
Setiap keluarga
memiliki pola dan aturan komunikasi yang berbeda-beda. Kehadiran komunikasi
memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam menciptakan suasana kondusif dalam
sebuah keluarga. Hal ini dikarenakan setiap masalah yang mungkin muncul dalam
sebuah keluarga dapat diselesaikan dengan cara berkomunikasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
agar komunikasi di keluarga bisa efektif, yaitu:
a. Respek
Komunikasi harus
diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull
attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa
(timbal balik). Orang tua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia
melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan
melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orang tua atau orang
disekitarnya.
b. Empati
Empati adalah
kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi
orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan
mengerti orang lain. Orang tua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk
mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya
terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan, dan
harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi
melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa
saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.
c. Audibel
Audibel berarti
"dapat didengarkan" atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan
harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si
penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang
sopan, atau cara menunjuk termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
d. Jelas
Pesan yang
disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain
harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak, orang tua harus
berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya
adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami.
e. Tepat
Dalam membahas suatu
masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik waktunya, tema maupun
sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada
waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang
dibicarakan umumnya masalah ringan saja.
f. Rendah Hati
Sikap
rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan ramah, saling menghargai, tidak
memandang diri sendiri lebih unggul atau lebih tahu, lemah lembut, sopan, dan
penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka lawan diskusi kita
menjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat diungkapkan dari diskusi
tersebut.
- 4. Dalam Kehidupan Organisasi atau Perusahaan
Sebuah organisasi
akan bubar karena ketiadaan komunikasi. Jika komunikasi tidak ada dalam
organisasi, maka para karyawan tidak akan tahu apa yang akan dikakukannya dan
apa yang dikerjakan rekannya. Pemimpin tidak bisa memberikan instruksi dan
menerima masukan dari bawahannya. Koordinasi tidak berjalan, kerja sama tidak
terjadi, masingmasing orang tidak dapat mengkomunikasikan perasaannya,
kebutuhannya, masalah yang dihadapinya dalam pekerjaan kepada rekannya/ timnya,
supervisornya atau kepada pimpinannya. Komunikasi merupakan aktivitas yang
menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Kalau
berbicara tentang komunikasi organisasi maka yang terbayang adalah peranan dan
status dari setiap orang dalam organisasi, karena peranan dan status itu juga
menentukan cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam masyarakat luas
kita mengenali seseorang karena peran dan status yang beragam. Dalam organisasi
keragaman tersebut dapat dilihat melalui pembagian kerja berdasarkan bakat dan
kemampuan masing-masing orang dalam organisasi tersebut. Jika jenis dan
pembagian pekerjaan demikian banyak, beragam, dan berbeda-beda, maka dibutuhkan
sebuah jalinan. Jalinan yang dimaksud di sini adalah komunikasi. Komunikasi
antara seorang pimpinan dengan bawahan, antara bawahan dengan atasan, atau
komunikasi sesama bawahan. Dalam komunikasi organisasi ini dikenal dengan
istilah Downward communication, Upward communication, dan Horizontal communication.
Menurut Scott dan
T.R. Mitchell (1976) komunikasi mempunyai empat fungsi dalam organisasi, yakni:
1) kendali (kontrol/ pengawasan), 2) motivasi, 3) pengungkapan emosional, dan
4) informasi. Sebenarnya banyak sekali hasil penelitian para ahli fungsi
komunikasi (pesan) dalam organisasi. Seperti pendapat Khan dan Katz yang
mengatakan ada empat fungsi utama yaitu: yang berkenaan dengan produksi,
pemeliharaan, penerimaan, dan pengelolaan organisasi. Sementara Redding
mengemukakan ada tiga alasan diperlukannya komunikasi dalam organisasai yakni:
Untuk pelaksanaan tugas-tugas dalam organisasi, untuk pemeliharaan, dan untuk
kemanusiaan. Sedangkan menurut Thayer ada lima yaitu: untuk memberi informasi,
membujuk, memerintah, memberi instruksi, dan mengintegrasikan organisasi.
Terakhir Greenbaumn mengemukakan bahwa fungsinya adalah untuk mengatur, untuk
melakukan pembaruan, integrasi, memberikan informasi dan instruksi. Tidak
satupun dari masing-masing fungsi tersebut dilihat lebih penting dari pada
fungsi lainnya.
- 5. Dalam Bidang Kesehatan
Seorang SKM (Sarjana
Kesehatan Masyarakat) memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh dalam melaksanakan tanggung
jawab tersebut adalah dengan melakukan interaksi langsung dengan masyarakat.
Dalam interaksi ini terjadi proses komunikasi. Suatu interaksi sosial yang baik
harus menggunakan komunikasi yang efektif. Untuk dapat memperoleh komunikasi
yang efektif seorang SKM harus dapat memahami prinsip komunikasi yang ada.
Prinsip yang pertama
menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses simbolik. Komunikasi merupakan
proses pembentukan simbol. Simbol dapat berupa huruf, angka, kata, bahasa,
penampilan, makanan dan lain-lain. Dalam bidang kesehatan masyarakat, prinsip
komunikasi sebagai proses simbolik dapat diterapkan pada saat penyuluhan.
Penyuluhan hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat yang
sedang diberi penyuluhan. Selain itu, proses simbolik yang lain contohnya
adalah dandanan. Pada saat memberi penyuluhan tentang kesehatan, sebaiknya
dandanan jangan terlalu mencolok
(mewah), namun jangan juga terlalu biasa saja. Pakaian yang terlalu mewah
mendatangkan kesan sombong bagi masyarakat sehingga mempengaruhi keefektifan
penyampaian materi pada saat penyuluhan. Sedangkan pakaian yang terlalu biasa
menimbulkan persamaan antara orang yang memberi penyuluhan dan orang yang
diberi penyuluhan. Sehingga mungkin orang yang diberi penyuluhan akan
menganggap enteng materi penyuluhan tersebut. Dengan demikian penampilan harus
disesuaikan dengan keadaan. Karena penampilan merupakan suatu simbol, dimana
orang atau masyarakat akan memberikan arti terhadap penampilan seseorang.
Prinsip yang kedua
menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki potensi komunikasi. Dalam bidang
kesehatan masyarakat, seorang SKM harus paham dengan apa yang dilakukan
masyarakat, karena mereka memiliki body language. Misalnya, disaat menyampaikan
informasi kesehatan, seorang SKM harus dapat melihat respon mereka. Apakah
mereka senyum, atau diam saja, atau malah menunjukkan muka yang kurang sedap.
Dengan demikian dapat diketahui tindakan apa yang dapat dilakukan. Misalnya
jika respon audience hanya diam saja atau menunjukkan respon yang kurang baik
seperti menggerutu, bicara sendiri atau memandang dengan tatapan sinis, mungkin
cara penyampaian informasi harus diubah. Menjadi lebih menarik dan menyenangkan
sehingga penyampaian informasi menjadi lebih efektif.
Prinsip yang
selanjutnya menyatakan bahwa komunikasi memiliki dimensi isi dan hubungan. Hal
ini berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan suatu pesan. Ada kalanya
satu pesan artinya sama, namun karena cara menyampaikannya berbeda, pesan
tersebut dimaknakan berbeda pula. Contohnya dalam bidang kesehatan masyarakat
adalah proses penyampaian informasi kesehatan kepada anak kecil dan orang
dewasa. Seorang SKM harus dapat membedakan pesan kepada anak kecil dan orang
dewasa. Misalnya, “adek, jangan buang sampah sembarangan”, akan berbeda artinya
dengan, “bapak, jangan buang sampah sembarangan”. Anak kecil akan menanggapi
perkataan itu mungkin dengan biasa saja dan mengikuti perintah tersebut yaitu
tidak membuang sampah sembarangan. Namun, orang dewasa atau bapak-bapak akan
menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan negatif. Mungkin merasa dirinya
dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil. Sehingga si penyampai
informasi tersebut atau SKM akan dianggap kurang sopan. Dengan demikian,
seorang SKM harus memperhatikan cara penyampaian pesan. Jangan sampai
menimbulkan salah persepsi pada masyarakat.
Komunikasi juga
berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Hal ini juga termasuk dalam
prinsip komunikasi. Kadang seseorang bermaksud untuk tidak melakukan
komunikasi, namun orang lain menganggapnya melakukan komunikasi. Inilah yang
dimaksud komunikasi yang tidak disengaja. Sedangkan komunikasi yang disengaja,
merupakan komunikasi yang real, dimana adanya timbal balik yang jelas antara
komunikator dan komunikan. Prinsip ini juga penting dalam bidang kesehatan
masyarakat. Misalnya, seorang petugas kesehatan sebelum makan selalu mencuci
tangan. Dan hal tersebut diamati oleh seorang masyarakat yang kebetulan memang
memiliki hubungan yang dekat. Pada awalnya, kegiatan mencuci tangan ini
merupakan bentuk rutinitas yang memang sudah biasa dilakukan sang petugas
kesehatan. Namun tanpa sengaja, masyarakat yang mengamatinya menjadi
terpengaruh untuk meniru kegiatan tersebut. Dengan demikian, hendaknya
kesengajaan ini terjadi dalam hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Prinsip selanjutnya
adalah komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Suatu pesan yang
artinya sama, namun disampaikan dalam ruang dan waktu yang berbeda, menimbulkan
makna yang berbeda pada pesan tersebut. Seorang SKM misalnya dalam memberi
penyuluhan kesehatan harus tahu ruang dan waktu yang tepat dalam penyampaiannya. Misalnya tidak
melakukan penyuluhan di malam hari, karena itu dapat menimbulkan persepsi tidak
baik dari masyarakat seperti tidak tahu aturan dan mengganggu tidur orang.
Padahal maksudnya baik, yaitu untuk memberi informasi kesehatan.
Komunikasi bersifat irreversible yang artinya tidak dapat
kembali. Maksudnya, apa yang telah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi dan
dianggap ucapan itu tidak ada. Mungkin memang kadang terjadi seseorang menarik
kembali ucapannya. Namun, ucapan itu tetaplah pernah diucapkan dan tidak dapat
lenyap begitu saja. Sehingga sebagai seorang SKM, dalam menyampaikan informasi
kesehatan kepada masyarakat harus selalu berhati-hati. Jangan sampai
informasi-informasi tersebut disampaikan dengan cara yang kurang sopan atau
mungkin menyakiti hati audience. Sekali hati seseorang terluka, akan sulit
untuk mengobatinya. Dengan demikian untuk mencapai sebuah komunikasi yang
efektif, prinsip yang satu ini juga harus diperhatikan.
- 6. Dalam Bidang Pendidikan
Komunikasi juga
dibutuhkan dalam dunia pendidikan sehingga apa yang disampaikan, dalam hal ini
materi pelajaran, oleh komunikator (guru) kepada komunikan (siswa) bisa dicerna
dengan optimal, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai bisa terwujud. Ada
sejumlah orang yang berperan yakni guru dan siswa. Guru merupakan orang yang
dianggap mampu mentransfer materi ajar, gagasan, wawasan lainnya kepada siswa
haruslah dipandang sebagai sebuah proses belajar mengajar. Tetapi guru juga
tidak boleh anti kritik. Justru dengan kritik dan saran itu akan menambah wawasan
lain dan timbal balik dalam belajar akan semakin hidup dan menyenangkan. Jangan
sampai guru memiliki sifat otoriter atas semua kebijakan di sekolah saat
mengajar. Jangan jadikan siswa sebagai objek. Sebaliknya, siswa harus dijadikan
subjek dalam sebuah pembelajaran.
Di sinilah pentingnya
seorang guru memiliki komunikasi yang lancar, baik dan mampu menggerakkan siswa
untuk melakukan interaksi. Membuat suasana belajar menyenangkan, nyaman, dan
tak tertekan. Guru bukan hanya sebagai orang yang mengajar, tetapi lebih dari
itu yakni sebagai orang tua, rekan, maupun sahabat. Karena ada siswa yang tidak
mau terbuka kepada orang tua, tetapi kepada guru bisa terbuka terkait dengan
persoalan atau masalah yang sedang dihadapinya, sehingga rasa kasih sayang dari
seorang guru kepada siswa akan menjadikan motivasi tersendiri. Kemudian guru
yang berperan sebagai teman harus mampu membuat siswa bergaul dengan leluasa
dalam artian ada batasnya. Jelas ini akan menambah percaya diri siswa dalam
belajar. Karena pada hakikatnya tujuan komunikasi itu adalah bagaimana bisa dan
mampu merubah suatu sikap (attitude),
pendapat (opinion), perilaku (behavior), ataupun perubahan secara
sosial (social change).
Perubahan sikap
seorang komunikan (siswa) setelah materi dari guru (komunikator) tergambar
bagaimana sikap siswa itu dalam keseharian baik di sekolah maupun
lingkungannya. Tentunya perubahan itu ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Kemudian perubahan pendapat
siswa akan terjadi bila gagasan yang diberikan guru bersifat global. Jelas
siswa akan menangkap materi ajar itu berbeda-beda, siswa akan mampu menafsirkan
apa yang diajarkan oleh guru tadi yang kemudian bisa mengeluarkan penadapat
atau beropini. Begitu juga dengan perubahan prilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya apakah prilaku siswa sudah sesuai apa yang dicontohkan di
sekolah, misalnya cuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum tidur dan
lain-lain. Yang tak kalah pentingnya adalah perubahan sosial, karena persoalan
ini lebih kepada hubungan interpersonal, menjadikan hubungan yang lebih baik.
Comments
Post a Comment