Pengalaman Pertama Solo Traveling

Traveling atau jalan-jalan/liburan mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar. Akhir-akhir ini, banyak social media, khususnya instagram dijadikan ajang atau tempat untuk sharing/membagikan keindahan alam/destinasi yang dikunjungi. Bahkan, seringkali kita mendapat referensi tempat liburan baru. Ya, mungkin itu adalah pikiran sebagian orang yang melihat para traveler sehingga termotivasi untuk mengikuti jejaknya.  Tapi, tidak dengan saya (pada awalnya).  


Tahun 2016 menjadi awal perjalanan saya untuk keluar dari zona jeratan besi yang menakutkan itu  nyaman. Tahun yang membuat saya belajar dengan segala hal karena diajak oleh teman-teman saya. Mulai dari belajar mengenal stasiun besar di Jakarta untuk jarak jauh, "belajar" naik transportasi darat dan laut, bahkan sampai menginjakkan kaki di kota lain yang menurut saya paling berkesan.  Sejak saat itu, saya baru sadar kalau selama ini saya terkurung dalam zona yang dibuat oleh orang tua yang seakan membelenggu kaki ini untuk melihat keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Keputusan yang saya lakukan untuk memutuskan belenggu tersebut ternyata berhasil membuat saya lebih bersyukur dan semakin percaya atas kekuasaan Tuhan di dunia.


Awal tahun 2017 menjadi sebuah gebrakan baru bagi saya karena nekat untuk mencoba solo traveling. Tentunya tidak mudah untuk melakukannya karena harus bohong berkata apa untuk meminta izin pada orang tua yang tentunya punya rasa khawatir yang berlebihan (mungkin ini terjadi juga pada orang tuamu). Kota yang saya pilih adalah Malang, karena sering mendengar "katanya" kota ini bagus ketika malam dan banyak wisata yang tersedia. Sebenarnya saya tidak sendiri di sana, tapi bertemu dengan teman yang tinggal di sana, bahkan sampai mendapat kenalan baru.

Well, ini kali pertama saya harus membeli tiket perjalanan kereta api sendiri, pesan hotel, btw saya belum berani naik pesawat karena tidak tahu cara membeli dan bagaimana langkah berikutnya. Beli tiket kereta saja penuh perjuangan karena berpikir berkali-kali mengenai waktu keberangkatan dan kereta apa yang harus saya pilih. Mungkin, saya baru terpikir kalau yang saya alami itu adalah wajar dialami semua orang yang baru merasakannya kali pertama. Seperti traveller lainnya, saya membuat itinerary ala kadarnya sebagai seorang pemula.

Selama di Malang, saya tidak menyewa kendaraan pribadi untuk melaksanakan semua itinerary. Maklum saja, masih ada rasa khawatir karena ada ditempat asing. Semua menggunakan moda transportasi umum, mulai dari ojek online, ojek pengkolan, bus kota, angkutan umum, sampai ke jalan kaki sendiri.  Sempat ada rasa panik karena dibeberapa tempat wisata tidak ada signal dan akhirnya tidak bisa buka google maps, untungnya saya tiba - tiba kerasukan Dora The Explorer bisa bertanya kepada warga sekitar dan Alhamdulillah tidak ada yang menjebak saya karena saya tidak pernah berkata "sendiri" kalau ditanya orang lain (mungkin ini bisa dijadikan tips untuk pemula). Paling tidak enak memang ketika berada di spot foto yang harus pakai fotografer di tempat tersebut (itu loh.. yang setiap instalasi harus bayar) menanyakan sendiri aja? yasudah saya pun menjawab "Oh, teman yang lain lagi pisah.. jadi saya sendiri aja". Lalu, kalau ada orang lain yang lihat... ya tinggal bergaya layaknya membuat vlog... hehehe... Tapi, sejujurnya seru... saya pribadi bisa mendapat teman baru dan pengalaman yang berkesan. Jadi, sesungguhnya kita tidak sendirian karena selalu ada Allah yang memberikan izin untuk bisa menikmati keindahan alam ciptaan-Nya.

beberapa foto yang menjadi saksi bisu

Gunung Banyak

Jatim Park

Coban Rais- Oro-oro Ombo

Alun-alun Batu

Coban Rondo

Museum Angkut

Coban Rais - Oro-oro Ombo

Jodipan
Alun-alun Malang


Well, bagaimana nih? apakah kamu sudah berani untuk mencoba hal baru seperti saya? Semoga kita semua bisa menemukan cara sendiri untuk keluar dari zona nyaman. Salam Traveler! ✌😁

Comments