Pengalaman Work From Home

Salam!

Awal tahun 2020 sepertinya menjadi cobaan yang hebat bagi Indonesia. Pandemi virus corona (covid-19) menyapa Indonesia, awalnya dibantah oleh Pemerintah Pusat tapi kini harus menelan kembali apa yang sudah terlanjur diucapkan. Hingga akhirnya, sejak tulisan ini dikeluarkan sudah satu bulan saya melakukan work from home (wfh) atas kebijakan pemerintah daerah. Bahkan saat ini sudah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk Jakarta yang menjadi penambah waktu bagi saya untuk melaksanakan wfh.

Kaget? kalau secara formal sih, iya. Saya bergerak dibidang pendidikan dan berarti harus berkomunikasi dengan manusia, bukan benda mati. Tentunya ada faktor yang menyebabkan terhambatnya wfh yang dilakukan karena ini berkaitan dengan internet,  lebih spesifik lagi kemampuan ekonomi orang tua yang mungkin belum mendukung sepenuhnya.  Materi masih banyak yang harus disampaikan untuk ketercapaian tujuan pembelajaran tapi tidak semua bisa melakukan home learning (hl) dengan baik dengan alasan tersebut. 


Walaupun pada akhirnya keluar keputusan diperkenankan untuk tidak memaksakan tercapainya seluruh tujuan pembelajaran tapi lebih menekankan pembelajaran yang menyenangkan dan edukasi seputar pandemi covid-19 (virus corona) ini membuat sedikit senang bagi saya. Sejujurnya, saya memberikan batas waktu untuk setiap pengumpulan tugasnya setiap hari dan mereka sungguh-sungguh bisa menyelesaikannya tepat waktu, walaupun ada beberapa yang melebihi batas waktu tapi saya tetap terima dan memberikan feedback untuk tugasnya. Beberapa minggu berlalu, muncul anjuran untuk membebaskan waktunya dengan alasan orang tua masih ada yang bekerja dan membagi waktu untuk anaknya. Oke, akhirnya saya memberikan kebebasan sampai satu harian. Hasilnya cukup mengejutkan, ternyata ada beberapa anak yang lupa menyelesaikan tugasnya... padahal sudah diingatkan terus untuk tetap menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Semakin hari, bukannya lebih baik... ternyata malah semakin diacuhkan oleh orang tua maupun anak... seakan-akan lepas dari tanggung jawab atau mungkin bosan untuk hl. 

Saya tidak menutup mata, alasan ekonomi menjadi penyebab utamanya (seperti kehabisan pulsa untuk beli paket internet, bahkan saya sempat baca kalau ada yang minta diisikan paket internet ke gurunya, pinjam uang untuk menebus hp yang sempat digadai, dll). Kami tentunya paham dengan kondisi seperti itu dan memakluminya, dengan catatan ada kemauan untuk tetap ikut belajar dan respon baik dari orang tua. Hingga akhirnya, muncullah program di TVRI untuk belajar anak. Well,  lagi-lagi ada respon positif dan negatif tentunya. Positifnya, salah satu adalah membantu orang tua dalam penghematan kuota internet. Negatifnya, salah satunya adalah tidak semuanya memiliki televisi, mungkin kalau bersama tetangga, ada rasa "tidak enakan" untuk ikutan menonton atau bahkan pinjam-meminjam handphone. 


Itulah sedikit pengalaman saya selama wfh ini, ada kesal, tawa, sedih, bangga, kreatif, dll semua jadi satu. Saya hanya bisa berharap pandemi ini segera berakhir dan kita semua bisa beraktifitas seperti sedia kala. Saya mengikuti anjuran untuk tetap di rumah demi memutus rantai pandemi tersebut. Ya, kali ini untuk menjadi seorang pahlawan yang menyelamatkan jiwa manusia hanya dengan di rumah saja. Saya menjadi salah satu saksi pandemi buruk yang terjadi di Indonesia.

Salam!

Comments