![]() |
Pembelajaran via Zoom |
Salam!
Tidak lama lagi, kita akan memasuki tahun ajaran baru 2020/2021, khususnya di Jakarta. Euforia orang tua yang biasanya selalu meramaikan pasar untuk membeli seragam sekolah untuk putra-putri kesayangannya tak lagi terlihat. Wabah Covid-19 ini mengubah segalanya. Kini, mereka hanya bisa belajar dari rumah mengingat situasi dan kondisi yang belum memungkinkan untuk belajar secara tatap muka di sekolah. Mau tidak mau harus kita lakukan.
Saya akan memberikan pendapat dari dua sisi, yaitu guru dan orang tua. Pertama dari sisi guru, mengingat ini adalah tahun ajaran baru dengan siswa yang baru juga tentunya belum mengenal karakteristik siswanya dan hanya meminta pendapat dari guru sebelumnya. Terlebih lagi, banyak kompetensi yang harus dicapai sebagaimana tujuan pembelajaran. Tapi, disisi lain pemerintah menginginkan pembelajaran yang menyenangkan di rumah dan tidak terlalu menuntut ketuntasan sesuai tujuan pembelajaran. Sedikit bertolak belakang karena masih ada ujian yang harus dilalui siswa berdasarkan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Akhirnya, mungkin diputuskan untuk mengkombinasi saja dengan tetap mengarah pada kompetensi yang harus dikuasai siswa.
Selama tiga bulan terakhir dilaksanakannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih banyak kendala terjadi di siswa. Guru merasa sulit menghubungi beberapa siswa karena alasan kuota internet dan handphone. Walaupun dari pemerintah sudah memberikan bantuan pulsa kepada siswa tapi tidak semua siswa dapat merasakannya karena batasan anggaran sekolah juga. Sehingga pihak guru memilih siswa yang kurang mampu tapi ada niat belajar. Saat ini, pemerintah tidak menginginkan masalah ekonomi dijadikan alasan untuk tidak mengikuti PJJ. Hal ini yang membuat guru mungkin untuk membuat portofolio tugas siswa yang akan dikumpulkan mungkin seminggu sekali/sebulan sekali atau sesuai kebijakan guru tersebut. Tapi, kalau berdasarkan pengalaman tiga bulan lalu masih ada saja orang tua yang kurang peduli dengan hal tersebut sehingga ketika ditanya saat pembagian rapor yang terdengar hanya berbagai alasan dan menyalahkan siswa.
Dari sisi orang tua, tentunya banyak keluhan yang disampaikan mulai dari kurang bisa memantau siswa belajar di rumah, kurang mengerti teknologi, tidak memiliki handphone, tidak memiliki cukup uang untuk membeli paket internet, dll. Saya sudah melakukan voting pada orang tua siswa yang menginginkan belajar tatap muka untuk tahun ajaran baru ini sebesar 98% dan siap mematuhi protokol kesehatan covid-19. Rerata orang tua beralasan kurang bisa mengajari anaknya apabila ada tugas/materi pelajaran yang diberikan guru. Tak hanya itu, ada orang tua yang mempercayakan sepenuhnya pada siswa dan hanya bertanya "apakah tugasnya sudah dikerjakan?" lalu ketika siswa berkata "sudah" lalu percaya begitu saja. Padahal, kenyataannya siswa tidak mengerjakan tugas sama sekali. Lalu, orang tua yang tidak setuju untuk tatap muka saat ini beralasan bahwa lebih baik siswa belajar di rumah sampai pandemi covid-19 ini berakhir. Kalau dilihat dari pernyataan orang tua tersebut memang benar-benar membimbing siswa selama PJJ dan sangat aktif dengan guru. Hal tersebut harusnya menjadi perhatian khusus untuk semuanya sehingga ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua.
Demikian pendapat saya berdasarkan pengalaman tiga bulan pelaksanaan PJJ, semoga kedepannya orang tua semakin banyak yang peduli terhadap pendidikan anaknya dan bisa bekerja sama dengan gurunya sehingga PJJ sukses dilaksanakan. Mohon maaf apabila ada pihak yang tersinggung atau tidak setuju dengan pengalaman yang saya bagikan.
Terima kasih.
Comments
Post a Comment