Guru Peduli, Orang Tua Soal Pendidikan? No! Soal Bantuan Pemerintah? HADIR!

 Salam!

Postingan kali ini  dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional tanggal 25 November nanti!


sumber: pexels.com 


Lebih kurang delapan bulan kita melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dikarenakan pandemi covid-19. Semua guru, orang tua, dan siswa pun sebagian besar kaget ketika harus melaksanakan PJJ di bulan Maret. Semua butuh proses dan tentunya tidaklah mudah jika tidak ada kerja sama yang baik. Memang, tidak semua orang tua mampu untuk membeli pulsa untuk memasang paket internet untuk belajar, bahkan masih ada orang tua yang tidak mengerti teknologi. 

Alih-alih, untuk makan saja susah karena ada orang tua yang dipecat dari pekerjaannya akibat dari pandemi ini sehingga tidak bisa membelikan kuota internet untuk belajar. Bahkan ada yang menjual handphone untuk kebutuhan sehari-hari dan ada yang rela melakukan pinjaman online atau sengaja berhutang terlebih dahulu untuk hal tersebut. Tentu, berbagai macam cara dilakukan guru untuk mengusahakan siswa tetap belajar walaupun dengan metode luring (offline) untuk siswa yang mengalami kendala seperti yang sudah disebutkan. Ekspektasinya memang seperti itu, tapi kenyataannya.........

Oke! pemerintah saat ini sudah memberikan kuota gratis pada seluruh siswa sejak bulan September. Tentunya hal ini disambut baik oleh guru dan orang tua. Melalui program ini, tentunya akan mengurangi sedikit beban orang tua yang mengeluh untuk membeli kuota internet. Sebelum saya lanjutkan, tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak semua orang tua seperti ini. 

Guru menyampaikan pembelajaran dan pemberian tugas melalui whatsapp, google classroom, google meet, zoom, ataupun platform lainnya tentu berharap seluruh siswa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Ini di luar masalah handphone hanya satu dan digunakan bersama atau handphone di bawa orang tua kerja terlebih dahulu. Berdasarkan kesepakatan, akhirnya saya memposting otomatis tugas/materi yang harus disampaikan pada siswa sebelum pukul 6 pagi dengan harapan orang tua yang hanya menggunakan satu handphone dan dibawa untuk bekerja bisa memberitahu siswa terlebih dahulu dan mengupload foto tugas yang dikerjakan ketika orang tua sudah pulang bekerja, harusnya seperti itu.  

Tapi, masih ada siswa yang tidak mengumpulkan tugas sama sekali, walaupun guru sudah menegurnya. Alhasil, guru pun memanggil orang tua siswa ke sekolah untuk membicarakan hal tersebut. Ada orang tua yang datang memenuhi panggilan tersebut dan ada yang tidak datang dikarenakan alasan sibuk kerja, bahkan ada yang berdalih orang tua tidak tahu kalau ada panggilan karena orang tua tidak mengerti handphone dan siswa yang memegang penuh. Sampai sini, semakin terlihat tingkat kepedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya. 

Lanjut! 

Belum lama ini, bantuan Kartu Jakarta Pintar (KJP) kembali hadir untuk tahap berikutnya. Bahkan ketika guru belum mendapat info resmi tentang hal tersebut, orang tua sudah ada yang bertanya tentang hal itu. Saya akan sangat bersyukur, kalau memang bantuan tersebut tepat sasaran karena benar-benar digunakan untuk kepentingan siswa di dunia pendidikan. Tapi sudah jadi rahasia umum kalau ada oknum orang tua yang memiskinkan diri demi mendapat KJP dengan mengelabui gurunya ketika disurvei.  Oke, kembali lagi ke topik. Ketika guru memberikan informasi ini, semua orang tua yang tidak pernah muncul di grup untuk sekedar menyapa/absen di whatsapp tiba-tiba muncul hanya untuk menanyakan KJP. Bahkan tidak dipanggilpun datang ke sekolah untuk bertanya tentang KJP.  

Panggilan guru untuk orang tua ke sekolah demi kepentingan pendidikan siswa: 

TIDAK DIANGGAP.... (apalah arti guru yang ingin peduli pada anak didiknya)

Ada informasi KJP: 
TIBA-TIBA MUNCUL ENTAH DARI PERADABAN MANA, BAHKAN RELA SAMPAI IZIN TIDAK BEKERJA UNTUK KJP.

 
Ketika orang tua yang memiliki "model tersebut" datang ke sekolah dan berbicara dengan gurunya mereka akan saling menyalahkan (siswa bilang orang tuanya tidak mau mengajarkan, lalu orang tua bilang anaknya males, susah dibilangin, orang tua menyerah dan tidak sanggup mengurus anaknya, bahkan ada yang sampai tidak tahu keberadaan anaknya). Memang ada orang tua yang tidak mengerti teknologi, sehingga mau saja dibohongi anaknya yang mengaku sudah menyelesaikan tugasnya tapi tidak pernah melihat apa yang dikerjakan anaknya. Di sini, saya tidak akan membahas sebagai siswa tapi anak dari orang tua tersebut. Orang tua ketika ditanya guru mengenai jadwal pelajaran pun ada yang tidak tahu sama sekali dengan alasan sibuk kerja. Secara pribadi, saya berpendapat bahwa kalau permasalahan terbesar saat PJJ ini adalah ORANG TUA. Jadi, yang seharusnya diberikan edukasi tentang PJJ ini bukan guru terus-menerus tapi orang tua, bahkan siswanya juga perlu. 

Sudah tidak ada alasan klasik mengenai tidak mampu membeli kuota karena sudah diberikan bantuan. Tapi.... tunggu dulu... permasalahannya ada pada kuota utama yang cepat dihabiskan siswa kurang dari satu minggu sehingga tidak bisa mengakses link tertentu di luar kuota belajar. Loh kok bisa? iya bisa... karena mereka lebih mementingkan membuat/menonton/re-share konten di TikTok, Likee dan aplikasi sejenisnya ini yang tidak bisa dikendalikan. Syukur, kalau yang orang tuanya mengerti dan peduli untuk pendidikan anaknya sehingga akan membeli ekstra kuota utama. Tapi, memang menurut pendapat saya, pembagian antara kuota utama dan kuota belajar tidak sesuai. 

Hal yang mungkin jadi perhatian guru saat ini adalah tingkatkan kesabaran. Walaupun sudah dapat bantuan kuota internet, bertemu dengan orang tua, tapi tetap saja masih ada siswa/orang tua yang kurang peduli pendidikan. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh orang tua yang mau mendampingi anaknya saat PJJ sampai saat ini karena sebenarnya guru yang utama dan selalu punya banyak waktu bersama anak adalah orang tua, sedangkan guru di sekolah hanya sebatas "pendidikan formal".


Selamat Hari Guru Nasional!
Jasamu Tiada Tara!


Comments