Kaleidoskop, Kilas Balik 2020

 Tahun 2020,

kilas balik 2020


Siapa yang menyangka tahun ini akan menjadi pengalaman buruk untuk seluruh kehidupan manusia di dunia. Pandemi Covid-19 ini menyapa seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Bulan Maret, saat di mana semua perilaku kehidupan terpaksa berubah. Semua khawatir akan bahaya dari virus ini, termasuk gue karena ini pengalaman pertama seumur hidup yang benar-benar harus mengubah kebiasaan. Sebenarnya gue juga sempat mengalami virus flu burung dan beberapa virus lainnya, hanya saja tidak seperti ini. 


Semua serba pengalaman pertama, mulai dari belajar secara online dengan membiasakan teknologi yang membuat mata ini lebih sering menatap layar hp/laptop. Pertemuan secara virtual yang kemudian dikenalkan dengan aplikasi zoom (disertai isunya) dan google meet, sampai akhirnya gue menyiapkan gadget baru, serta perlengkapan green screen untuk belajar secara virtual. PHK dan pemotongan gaji ataupun tunjangan terjadi di beberapa kota besar, khususnya Jakarta. Penghasilan yang didapatkan tidaklah sama sehingga gue atau mungkin kita semua harus memutar balik keadaan entah bagaimana caranya agar tetap bisa menjalani hidup di masa pandemi ini. 


Panic Buying terjadi di masa awal pandemi, di mana masker, handsanitizer, dan kebutuhan pokok mulai diborong oleh masyarakat yang memang mampu secara finansial sehingga menyebabkan kelangkaan dan harga naik. Perubahan kebiasaan-pun gue alami, mulai dari lebih rajin mandi, rajin cuci tangan, berjemur di pagi hari, bahkan sampai olah raga di rumah yang sampai saat ini akhirnya berhasil menurunkan berat badan sekitar 8 kg. (kasih tepuk tangan yang gemuruh) hehe... :)))))))


Beberapa hal yang viral sempat gue lakukan walaupun hal itu bukan gue banget. Ya!!! demi mengisi kebosanan karena gue benar-benar di rumah aja selama 3 bulan pertama di maan virus tersebut sedang berkembang dengan pesat memakan korban, baik itu jumlah positif ataupun meninggal dunia. Yang berkesan menurut gue itu membuat dalgona, mulai dari kopi sampai cokelat dan gue lebih memilih dalgona cokelat. Ya ada beberapa yang lainnya sih, rerata percobaan membuat cake gitu deh... sampai di kulkas itu isinya makanan semua. hehe...


Kemudian muncullah istilah new normal, disaat itu semua harga masker, handsanitizer, dll sudah normal. Beberapa negara luar sudah mulai menerapkan kebiasaan new normal. Bahkan beberapa tempat umum sudah mulai buka kembali dengan pengawasan yang ketat dan tentunya protokol kesehatan. Yang gue liat pada awalnya, "Wah! keren nih sekarang... sebelum masuk ke mall atau ke tenant tertentu harus scan barcode saat masuk dan keluar. Lalu, cek suhu tubuh otomatis dan sterilisasi saat kali pertama masuk mall. Lift yang digunakan juga sudah touchless cukup mendekatkan telapak tangan saja sudah bisa digunakan." Berharap Indonesia, khususnya Jakarta bisa menerapkan itu semua.


Akhirnya gue berhasil masuk ke 3 bulan kedua, istilahnya di Jakarta sudah memasuki PSBB transisi dalam keadaan new normal. Akhirnya gue mulai memberanikan diri untuk keluar rumah, walaupun masih ragu jika harus menggunakan transportasi publik. Btw, semenjak awal pandemi ini gue lebih sering naik kendaraan pribadi akhirnya. Agak bingung sedikit dengan peraturan baru naik transportasi umum dalam kondisi seperti ini, tapi oke-lah karena semua butuh penyesuaian saja. Yup, karena beberapa tempat umum sudah mulai dibuka lagi, akhirnya mulai berkeliaran sedikit hehehe. 


Serupa tapi entahlah, gue kalau merasa flu disaat sekarang khawatir terkena covid-19 padahal kalau gue kena flu itu pasti seperti paketan, ya.. meriang, pegal, pilek, sulit bernafas, bahkan tidak bisa membau. Ya bagaimana ya, sekarang ciri-cirinya memang mirip seperti itu dan gue biasanya sembuh sendiri lebih dari satu minggu. Tapi, mungkin karena suggest  berita buruk yang gue dengar jadi males aja nonton berita tersebut. Sampai akhirnya gue lebih memilih untuk tetap berdiam diri di rumah sampai merasa lebih sehat dan tentunya ditemani streaming film-film yang on going, pokoknya sih... yang penting happy dan berpikir positif kalau kita bisa melaluinya. Semoga pandangan kita bisa berubah kembali seperti dulu yang tidak selalu mengaitkan kalau sakit berarti covid. 


Tiga bulan berikutnya, mulai memberanikan diri untuk keluar dari goa rumah untuk berkunjung ke mall karena memang sudah buka dan berharap sesuai ekspektasi gue seperti di negara lain yang sudah duluan. Tapi, ya tidak kecewa banget sih... hanya saja sedikit berbeda dan ini new normal versi Indonesia. Gue mulai memberanikan diri untuk berkunjung ke kota tetangga untuk sekedar staycation tipis-tipis karena belum berani pergi keluar selain Jabodetabek karena harus rapid test. Walaupun tidak sesuai ekspektasi rencana liburan di tahun 2020 ini, tapi mudah-mudahan akan meninggalkan kesan tersendiri sebagai pengalaman hidup yang berbeda dari tahun sebelumnya. Bahkan termasuk tulisan ini pun kelak akan menjadi saksi bisu, bahwa gue atau bahkan kita yang masih hidup di tahun 2020 ini pernah menjadi saksi hidup pandemi covid-19.  Termasuk saksi hidup, tingkah laku pejabat kekuasaan di dunia yang tidak amanah dan juga musibah yang terjadi di Indonesia.


Oke guys!!! Bulan Desember 2020 tidak lama lagi akan segera berakhir. Terima kasih untuk tahun 2020 yang memberikan pelajaran yang berarti. Alhamdulillah masih diberikan kesehatan dan kenikmatan dalam hidup. Gue yakin kalau harapan semua masyarakat di dunia adalah berakhirnya pandemi covid-19 di tahun 2021. Wallahu'alam, kita sebagai manusia hanya bisa berencana dan Allah yang menentukan. Semoga kita yang membaca tulisan ini selalu diberikan kenikmatan, kesehatan, dan rasa syukur senantiasa tercurahkan pada Allah SWT. 


Terima kasih

2020  

Comments